Kala Sungsang

Oleh: Firdos Putra A.

Orang Jawa dulu ternyata mempunyai kearifan yang luar biasa. Hanya berbekal kelinuwihan mata hati, mereka dapat membaca gerak zaman dalam berapa ratus ke depan. Tengok lah ramalan untuk hari ini, bukan lagi zaman Kala Bendu, melainkan zaman Kala Sungsang.

Tanda-tanda munculnya Kala Sungsang (Topeng Malaikat: 2005) antara lain, musim yang tidak bisa diramal, bencana alam datang beruntun tanpa bisa dicegah atau dideteksi, banyak pemimpin yang terjungkal dari kursi kekuasaan, banyak pemimpin yang mulai dilecehkan oleh rakyat kecil, banyak perempuan ternama terbuka rahasianya, rasa malu sudah tidak dimiliki oleh panutan masyarakat, para tokoh agama mulai diragukan kesalehannya, dan tingkat kejahatan naik secara tajam. Tanda mana yang tidak muncul di tengah-tengah masyarakat kita? Nyaris tidak ada bukan.

Zaman Kala Sungsang konon katanya ‘sengaja’ diturunkan oleh si-empunya kehidupan. Mungkin hari ini Tuhan sudah bosan melihat tingkah kita, kata Ebiet. Mari kita tengok, Tawangmangu; longsor, Bali; banjir, Malang; longsor, dan banyak daerah di negeri ini. Membaca media massa hanya menemukan potret buram kehidupan manusia-alam. Tidak ada yang baik.

Kadang saya berpikir, kok bisa Indonesia sedemikian rupa hancurnya? Para saintis membacanya secara ilmiah, sebuah siklus dari alam; bergesernya lempengan bumi bagian bawah. Atau perubahan iklim global. Tapi, banyak penjelasan ilmiah itu yang justru menutupi kemampuan alamiah kita untuk membaca tanda-tanda yang ditunjukkan oleh-Nya.

Sebenarnya saya bukan termasuk orang yang mudah tergiur dengan alasan-alasan teologis. Namun kadang akal saya kok mentok. Stag di satu titik, keberuntunan bencana alam, tragedi kemanusiaan, kejahatan yang merajalela membuat saya berpikir ulang dan berakhir dengan kepasrahan.

Kepasrahan sebagai seorang hamba Tuhan yang lemah. Memang saya bukan termasuk orang yang religius atau soleh per definisi ahli syariat. Tapi, sampai titik ini saya masih meyakini ada skenarion besar dari Dzat Adi Kodrati atas hidup serta kehidupan manusia di bumi ini, khususnya di negeri ini, Indonesia.

Per bagian peristiwa, bencana dan sebagainya, saya bisa menerimanya secara rasional dengan dalil-dalil ilmiah yang qualivied. Tetapi, secara keseluruhan, yakni rentetan, keberuntutan peristiwa membuat akal saya tidak bisa lagi menerima banyak dalil ilmiah tersebut.

Sayangnya, hari ini kita terlalu positivistik-rasionalistik. Kita jarang menengok kearifan masa lalu dengan ramalan atau futurologinya. Misal, Ronggowarsito dengan kitab Joyoboyonya. Begitu luar biasa. Meskipun saya tidak pernah membacanya secara langsung. Minimalnya saya pernah dengar berbagai cuplikan dari ramalan beliau.
Nalar kita akhirnya mengkerangkeng kita untuk menyelesaikan masalah hanya dengan pendekatan positif yang teknokratis. Satu peristiwa selalu mempunyai penjelasan ilmiah yang mencukupi. Namun, nampaknya kita melupakan penjelasan untuk sedemikian panjang disaster list yang pernah mampir di negeri ini.

Meskipun saya bukan termasuk yang religius, tapi tidak ada salahnya kalau saya mengajak ke yang lain untuk kembali mengingat keharmonisan kita dengan Dzat yang serba kuasa itu. Selain itu, keharmonisan kita dengan alam. Saya masih meyakini bahwa wong kang nandur bakal ngunduh, artinya mungkin sepak terjang kita hari ini yang kadung rakus, srakah dengan berbagai gemerlap dunia, perlu kita koreksi. Atau jika kita masih tetap rasional-positivistik, minimalnya kita ingat, bahwa sudah tiga tahun lamanya Porong Jawa Timur masih memutahkan lumpur yang belum tertanggulangi dengan baik.

Saya tidak pesimis dengan tekno-positivisme yang kita punya hari ini. Tapi, saya juga tidak terlalu optimis hanya dengan bekal nalar praktis tersebut bencana yang silih berganti mampir dapat dihadapi dengan baik.[]
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :