Menulis di Komputer


Oleh: Firdos Putra A.

Pernahkan Anda merasa bahwa otak Anda menjadi beku, pikiran berhenti, ide tersendat ketika tidak menyentuh keyboard komputer? Saya sering merasakannya. Sudah menjadi kebiasaan, saya menuliskan ide, gagasan, imajinasi langsung melalui keyboard. Akhirnya kebiasaan menulis dengan tangan, pena, dan kertas menjadi hilang.

Saya merasa bahwa dengan menyentuh keyboard, ide menjadi semakin lancar keluar. Sayangnya, hal semacam ini menganggu bila di suatu ketika komputer saya ngadat (error), listrik padam dan sebagainya.

Bisa dibilang saya sudah kecanduan dengan komputer. Adiksi komputer membuat saya meninggalkan cara menulis konvensional. Dan parahnya, hari ini saya menemukan bahwa tulisan tangan saya menjadi tidak rapi, tidak seperti dulu kala. Menulis satu lembar di atas kertas A4 menjadi melelahkan dan tidak optimal.

Menulis di komputer benar-benar telah merubah kebiasaan (habbit) saya yang lain. Seringkali saya becanda dengan teman, “Tolong suratnya ditulis pakai Arial Narrow style saja. Saya tidak biasa membaca handwriting style”. Kebiasaan saya yang hilang juga mereduksi karakter tulisan tangan saya. Keunikan menjadi tidak ada lagi. Saya rasa semua orang bisa ‘menulis’ dengan Times New Roman, Arial, Arial Narrow dan sebagainya. Dan saya yakin hanya diri saya yang bisa menulis dengan gaya tulisan tangan saya sendiri. Bila mana ada yang bisa meniru, maka membutuhkan proses adaptasi yang cukup lama.

Saya merasakan sudah enam bulan terakhir tangan saya tidak pernah lagi menulis di atas kertas secara panjang-lebar. Sekali menulis di atas kertas, ide menjadi buntu. Atau satu halaman A4 terasa seluas ukuran kertas A3 yang tidak habis-habis. Berbeda dengan menulis di komputer, satu halaman A4 dengan ide baru sekalipun dapat saya selesaikan lima sampai sepuluh menit, bergantung juga pada jenis tulisan; cerpen, artikel serius, opini, dan sebagainya. Tetapi yang jelas, menulis di komputer relatif lebih cepat daripada di atas kertas.

Jika ditanya, “Apakah saya rindu dengan menulis di atas kerta?”. Saya pikir tidak juga. Yang jelas saya lebih suka membaca tulisan di atas kertas. Daripada membaca tulisan di layar monitor.

Perubahan diri benar-benar saya rasakan. Satu habbit tergantikan habbit yang lain. Mana yang lebih baik? Saya rasa habbit mana yang bisa membuat saya nyaman, bisa dinikmati, dan juga membuat saya semakin produktif.

Saya bukan tipe romantisis yang mencela teknologi karena mereduksi tindakan fenomenologis manusia. Saya juga tidak ingin menjadi seorang futuris yang meniscayakan teknologi bagi manusia. Saya berada di antara tegangan itu. Riilnya, sejelek-jeleknya tulisan tangan saya hari ini, pada kesempatan tertentu saya yakin akan menggunakannya. Dan canggih-canggihnya komputer, pada kesempatan tertentu saya yakin akan kesulitan untuk memakainya. Entah kapan itu? []
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :