Merenungkan Ratminah


Oleh: Firdaus Putra A.

Masyarakat, terutama kalangan bawah, sudah mulai merasakan dampak gejolak harga dan kondisi ekonomi global sekarang ini.

(Kompas, Jumat 14 Maret 2008)

Setiap harinya keluarga Ratminah, warga Dukuh Sikubur, Desa Pagejugan, Kab. Brebes, harus mengonsumsi nasi aking atau intip yang ditanak ulang. (Kompas, 13/3/2008). Padahal, di beberapa daerah, nasi aking justru dibuang atau diperuntukan untuk makanan ayam. Ratminah beserta anak-suaminya, harus mengganti konsumsi nasi (beras) menjadi nasi aking karena naiknya harga beras beberapa hari terakhir. Untuk membeli beras yang per kilogramnya Rp. 4500 saja ia tidak mampu.

Belum lagi kesulitan beras, ia harus menerima mahalnya harga minyak goreng, juga minyak tanah. Tak ketinggalan, harga tepung, cabe, dan beberapa bumbu dapur lainnya turut membumbung tinggi. Alhasil, suaminya harus memeras keringat lebih dari biasanya untuk menjamin agar dapur rumahnya tetap berasap. Sesekali Ratminah memang bekerja, namun resikonya, Riyanti (putrinya) harus rela tidak bersekolah karena harus mengasuh adik bungsunya. Ironis memang. Nestapa Ratminah kita yakin juga dialami oleh masyarakat kelas menengah-bawah lainnya. Seperti Daeng Baseh dan Bahir, di Makassar, yang harus meregang nyawa karena tiga hari tidak mengonsumsi makanan.

Ratminah atau almarhum Daeng Baseh mungkin tidak pernah tahu kalau kesulitan hidupnya disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia. Yang ia tahu, bahwa pemerintah harus menaikan harga kebutuhan pokok lantaran alokasi subsidi pangan harus dikurangi. Kemudian subsidi tersebut dialokasikan pada harga minyak dalam negeri.

Ratminah mungkin juga tidak pernah tahu kaitan ekonomi Indonesia dengan ekonomi global. Dan juga mengapa harga minyak dunia harus naik. Padahal kenaikan harga minyak dunia itulah yang menjadi pokok persoalan yang menjerat hidupnya. Mungkin orang seperti Ratminah hanya menduga bahwa minyak dunia naik karena memang harus naik. Ia tidak pernah tahu bahwa masalah itu akibat permainan beberapa gelintir pemodal besar internasional.

Ironisnya, dalam ketidaktahuan seorang Ratminah, pemerintah justru membuat pilihan yang sama sekali kurang bersahabat. Dari sekian banyak alokasi dana di APBN, untuk mengimbangi kenaikan harga minyak dunia, pemerintah justru mengurangi subsidi pangan, kesehatan, pendidikan dan seterusnya. Pilihan tersebut tentunya bukan sebuah kebetulan semata. Melainkan pilihan rasional (rational choice) dari banyak pertimbangan ekonomi-politik. Salah satunya yakni, agar pemerintah tidak ngutak-atik alokasi dana untuk membayar hutang negara. Setiap tahun pos dana tersebut aman, dan konstan. Tentu saja, pemerintah, saat ini ingin menjaga popularitasnya di mata negara-negara pendonor hutang. Ia bayar dengan merelakan warganya menderita akibat kebijakan yang tidak pro-rakyat itu.

Semuanya akan nampak ironis jika kita ingat bahwa Indonesia adalah negara dengan lahan pertanian yang luas. Sumur-sumur minyak yang selalu mengeluarkan berjuta-juta barel sampai 20-25 tahun mendatang. Kekayaan alam yang melimpah ruah. Mungkin memang benar, masalah di negeri ini terjadi lantaran salah urus atau salah dalam mengambil kebijakan. Pemerintah sebagai penjamin kehidupan rakyat, nyatanya tidak mampu mewujudkan cita ideal itu. Masalahnya, setiap korban kebijakan, masyarakat menengah-bawah pastilah yang menjadi the first victim.

Akan menjadi masalah pula, jika kita baru bisa merasakan penderitaan Ratminah, setelah kita menjadi salah satu korbannya. Bukankah sebagai manusia kita mempunyai nurani yang tentu saja mampu berempati? Tidak perlulah kita menunggu untuk bergerak setelah menjadi korban kesekian.

Saat kita menunggu, menunda, jutaan Ratminah yang lain, mungkin akan menderita seperti almarhum Baseh. Untuk itu, perlu bagi kita menyatukan langkah agar tragedi yang dialami Baseh, nestapa Ratminah tidak terulang, pun bertambah lagi.[]

18/03/2008
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :