Blog & Masyarakat


Oleh: Firdaus Putra A.

Sekurang-kurangnya saya melihat tren blogging di Purwokerto mulai marak dua atau tiga tahun terakhir. Dulu, tahun 2003, ketika saya menginjakan kaki pertama di Purwokerto, pemanfaatan belum semarak sekarang. Sedangkan hari ini, blog sedemikian ramai, ditambah dengan banyaknya pelatihan atau workshop pembuatan blog, juga lomba blog. Ini menandakan adanya kecenderungan baru masyarakat kontemporer, khususnya mahasiswa sebagai salah satu bagian yang secara intensif memanfaatkan jaringan internet.

Sebenarnya kecenderungan semacam ini sudah jauh hari diramalkan oleh para ahli IT (Information Technology). Dan kemudian berujung pada premis bahwa masyarakat paska-industri akan berubah menuju pada lahirnya masyarakat informasi. Salah satu ciri mendasar dari masyarakat informasi ini adalah besarnya pemanfaatan informasi sebagai salah satu modal sosial, ekonomi, pun politik. Lebih jauh, bisa dikatakan, informasi berubah menjadi salah satu komoditi yang kemudian diperdagangkan, atau sekurang-kurangnya memiliki nilai.

Lantas dimana signifikansi blog bagi masyarakat? Sejenak coba kita imajinasikan, di sekitar kita berapa puluh atau ratus orang yang sudah memanfaatkan blog sebagai media pertukaran, distribusi, artikulasi informasi? Nah, coba kita imajinasikan blog sebagai sebuah “rumah” di dunia maya. Maka, dalam benak kita akan terbayang berpuluh-puluh atau beratus-ratus rumah yang tentunya masing-masing memiliki keunikan.

Rumah saya (baca: blog saya), tentunya akan berbeda dengan rumah milik Anda. Dan sebaliknya, rumah milik Anda akan berbeda dengan rumah teman Anda, dan seterusnya. Setiap rumah menyuguhkan sesuatu, entah dekorasi, isi perabotan, taman bunga, dan lain sebagainya yang berbeda dengan yang lain. tidak ada rumah yang sama persis. Meskipun rumah tersebut terletak di perumahan, maka isi perabotannya tidak akan ada yang sama. Begitu juga blog, meskipun saya, Anda, teman Anda, teman saya menyewa atau menggunakan blog secara cuma-cuma di domain tertentu, bisa saja dekorasi, taman bunganya sama, tetapi isi perabotannya pasti jauh berbeda.

Imajinasi itu sebenarnya mengantarkan kita pada sebuah keadaan yang bernama posmodernitas. Saya, Anda dan seterusnya bisa “membangun rumah” sendiri-sendiri yang berbeda dengan rumah yang lain. Kata kuncinya, bahwa di era posmo (sebutan untuk posmodern), keunikan setiap individu mendapat tempat atau penghargaan yang semestinya. Tidak ada klaim bahwa rumah saya lebih megah daripada rumah Anda, teman Anda dan seterusnya. Semuanya memiliki keunikan yang tak terbandingkan (incommensurability).

Sampai sejauh ini, blog yang kita analogikan dengan rumah, sama sekali tidak menimbulkan masalah. Lantas bilamana ada, dimana masalahnya? Ada satu premis sederhana yang diungkapkan oleh Baudrillard, “Semakin banyak informasi, maka semakin miskin makna”. Banyaknya informasi di dunia maya, atau banyaknya blog-blog yang menawarkan informasi ternyata membuat masyarakat mengalami kemiskinan makna. Memang keadaan ini paradoks.

Tapi coba kita perhatikan, ketika Anda search satu kata kunci di mesin pencari (search engine), maka ribuan link akan muncul. Tentunya dengan rakus kita akan membuka banyak link tersebut. Dan bilamana dirasa cocok, secepatnya kita akan men-download-nya. Apa yang kurang tepat dari proses itu? Yakni bahwa kita tidak pernah membacanya secara mendalam dan tuntas. Biasanya kita hanya membacanya secara meloncat-loncat dan cepat. Padahal, dari ribuan bahkan jutaan informasi yang ada, semuanya bercampur antara informasi yang lemah (salah), dan yang kuat (benar). Informasi pun menjadi simpang siur, dan artinya makna menjadi tidak pasti atau tidak stabil.

Memang problem utama di era posmo yakni matinya otoritas. Logika siapa yang pantas membicarakan apa dan untuk apa, tidak lagi menjadi pertimbangan. Setiap individu boleh membicarakan apa, dan untuk apa pembicaraan itu dilangsungkan.

Lantas bagaimana? Dulu saya pernah menulis artikel panjang tentang posmodernitas. Eksplorasi saya sampai pada simpulan sementara bahwa posmodernitas merupakan “musibah” bagi masyarakat kontemporer. Posmodernitas membuat makna menjadi kabur, membuat segalanya terbolak-balik dan tentunya membuat kita kebingungan. Namun, posmodernisme, yang menunjuk pada gagasan atau penteorian posmodernitas merupakan “berkah” sebagai salah satu formula untuk menghadapi “zaman edan” itu.

Saran saya yang paling logis adalah Anda jangan mudah percaya dengan informasi yang berasal dari dunia maya. Termasuk informasi yang disuguhkan melalui blog. Seperti imajinasi kita di atas, banyak rumah yang berbeda, atau mungkin mirip, yang isi perabotannya berbeda, dan bagaimana Anda menemukan rumah yang benar ketika Anda berada di tengah-tengah perumahan?

Jawabnya, pasti Anda akan bertanya-tanya pada orang lain, bukan? Ketika Anda bertanya-tanya, sama artinya Anda sedang meragu-ragukan rumah-rumah yang ada. Dan menurut saya, peragu-raguan itu merupakan kunci keselamatan Anda. Hanya dengan bermodalkan percaya, bisa-bisa Anda akan menanggung kerugian, yakni memasuki rumah yang tak tepat.

So, sekali-kali jangan selalu atau mudah percaya dengan apa yang ditulis orang di dalam blog. Apalagi jika Anda ingin menggunakan tulisan itu sebagai referensi, terlalu beresiko. Sama halnya, saya juga akan menyarankan Anda untuk jangan langsung percaya dengan apa-apa yang saya suguhkan di rumah ini, Mengintip Dunia. Ragukanlah semua. Dan bertanyalah untuk keragu-raguan Anda sampai pertanyaan Anda tak tertanyakan lagi. []

14/04/2008 diposting di Pekalongan
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :