B u k u
Oleh: Firdaus Putra A.
“Teman-teman yang saya hormati, seperti biasa secara berkala saya melakukan recall pada semua buku yang keluar. Bisa dikembalikan mulai besok pagi. Saya tunggu. Firdaus. Terima kasih”.
Kalimat itu merupakan pesan pendek yang saya kirim ke 15 orang peminjam buku. Di daftar peminjaman buku, terhitung sekurang-kurangnya sebanyak 28 buku koleksi saya keluar. Setelah saya cek, ada yang sudah meminjam selama empat, bahkan lima bulan.
Recall, atau meminta buku saya untuk dikembalikan memang saya lakukan secara berkala. Biasanya satu atau dua bulan setelah masa peminjaman. Menurut saya, batas waktu peminjaman satu sampai dua bulan sudah cukup, lebih longgar daripada batas waktu peminjaman buku di perpustakaan fakultas atau universitas yang hanya satu minggu.
Mengenai peminjaman buku, dulu saya pernah kecewa. Pasalnya, ada seorang teman, sudah lulus dua tahun yang lalu, yang meminjam sampai setengah tahun. Parahnya, ketika dikembalikan, sampul dan beberapa halaman sudah koyak. Muak sekali rasanya menerima buku kembalian dalam wujud yang tak seperti semula. Tambah, si teman tersebut innocent, permintaan maaf atau alasan kerusakan sama sekali tak disampaikannya.
Namun itu masih mending, ada juga seorang teman yang pernah meminjam buku selama tiga bulan. Lebih ironis lagi, buku yang ia pinjam tak pernah sampai ke rak buku. Memuakkannya, ia meminjam empat buku tebal dan serius.
Kalau ingat kejadian-kejadian seperti itu, membuat saya sepakat dengan lontarannya Gus Dur. Menurutnya, sebodoh-bodohnya orang adalah yang meminjamkan bukunya pada orang lain. Entah itu sekedar candaan, atau ekspresi kekecewaan, kadang lontaran itu saya benarkan.
Sembari mendata buku-buku yang masih keluar, saya juga mendata buku yang ada di rak. Sekurang-kurangnya koleksi saya sudah mencapai 250 judul. Ditambah beberapa puluh jurnal ilmiah, majalah ilmiah dan sebagainya. Angka 250 judul terlalu kecil, ketika dulu saya pernah mengagendakan sekurang-kurangnya selama satu bulan sekali saya harus mempunyai dua judul baru. Saat ini saya sudah sepuluh semester di kampus.
Entah mengapa, saya sangat terobsesi dengan buku. Ada daya magnet yang kuat, yang membuat saya kepincut dan jatuh cinta di pandangan pertama. Biasanya separo uang kiriman orang tua habis untuk membeli buku. Apalagi ketika ada bazar atau book fair, yang tentu saja menyediakan buku dengan harga yang miring.
Seperti beberapa bulan yang lalu, sedikitnya saya menghabiskan 120 ribu rupiah untuk membeli beberapa buku. Sedangkan hari kemarin, saat ada bazar buku di belakang UPT Perpustakaan UNSOED, saya hanya mampu membeli dua judul buku. Ini juga sudah melalui perjuangan panjang karena saya harus mencari hutangan.
Prinsip yang rada konyol, apapun untuk ilmu (buku), pasti ada uangnya. Kalau tidak menggukan uang kiriman orang tua, honor ketika sedang ada job, atau meminjam ke beberapa teman. Atau juga ketika pacar saya sedang berlebihan, dengan senang hati ia akan membelikannya. []
0 comments :
Posting Komentar