Ruang Bersama


Semacam Surat Terbuka
Oleh: Firdaus Putra A.

I
Sekedar catatan, saya memilih menyampaikan uneg-uneg ini melalui bahasa tulis karena untuk menghindari konfrontasi secara langsung. Sekurang-kurangnya, konfrontasi melalui intonasi atau volume suara yang meninggi. Sebenarnya uneg-uneg seperti ini sudah lama saya pendam. Saya tunggu dimana kawan-kawan merasa jengah dengan keadaan, saat kawan-kawan tersadar bahwa ada sesuatu yang tak tepat. Namun, lama saya menunggu, dan perubahan itu belum nampak sama sekali.

Sebagian orang memang mengenal saya sebagai orang cerewet, khususnya masalah kebersihan. Sudah beberapa kali saya komplain kawan-kawan Shopos Ashram (SA) yang tak mempedulikan kebersihan; misal kebersihan ruang tamu. Kadang saya heran, mengapa kawan-kawan SA tidak terbetik sedikit pun ketika melihat ruang tamu kotor. Apakah lantaran sudah terbiasa sehingga menganggapnya sebagai hal yang lumrah?

Atau kawan-kawan SA merasa tidak terganggu ketika sampah menggunung dengan aroma yang tak sedap. Beberapa hari yang lalu saya sempatkan untuk membereskan sampah di pojok dapur. Di luar dugaan, banyak belatung besar (coklat kehitaman) yang sudah membiak di sana. Dengan sekuat tenaga, sembari menahan bau, saya kemasi sampah-sampah itu ke kantong plastik. Sengaja saya tidak langsung membuangnya ke tempat sampah di luar rumah, khawatir ayam akan mengoyak kantongnya dan sampah berhamburan.

Senantiasa saya menunggu tukang sampah datang. Hanya saja, mungkin lantaran saya selalu bangun kesiangan, tak pernah saya pergoki tukang sampah datang. Anehnya, beberapa kantong plastik yang sudah saya tata, tetap saja ajeg di tempatnya. Tidak ada kawan-kawan SA yang sudi menyempatkan waktu untuk membuangnya, atau sekurang-kurangnya, menunggu si tukang sampah di pagi hari.

Saya sering miris melihat tempat sampah (luar rumah) kita dikoyak ayam. Jujur, saya malu dengan tetangga sebelah. Tidak hanya sekedar malu, karena kita terlihat malas, akan tetapi, saya merasa telah menganggu kenyamanan tetangga sebelah ketika sampah SA berserakan ke mana-mana. Sedangkan kita, asyik menikmati aktivitas sehari-hari tanpa mempedulikan itu semua.

II
Kawan-kawan yang saya hormati, ada beberapa hal yang ingin saya share-kan;

Pertama, masalah etika di ruang bersama (common space). Saya definisikan ruang bersama sebagai ruang di mana semua orang selalu beraktivitas di atau dengan ruang tersebut. Sebutlah; kamar mandi, ruang tamu/televisi, lorong depan kamar, dan sebagainya. Dalam konteks ruang bersama ini, menurut saya ada etika-etika yang mengatur, meskipun itu tidak tertulis. Seperti, seharusnya ruang bersama kita jaga kebersihan, kerapihannya secara berbarengan.

Sedangkan di sisi lain, kamar pribadi saya golongkan dalam ruang privat. Pada ruang ini, terserah kawan-kawan hendak berlaku apa. Tidak ada yang melarang, entah kotor, rapi, dan sebagainya. Ruang pribadi ini merupakan sepenuhnya hak kawan-kawan.

Praktiknya, sudah lama saya melihat kawan-kawan justru lebih memperhatikan ruang pribadi, sembari memindahkan beberapa sampah, perabotan, dan lain-lain ke ruang bersama. Entah apa sebenarnya maksud itu, apakah karena ingin berbagi ke yang lain, atau ada motif lain. Yang jelas, saya merasa tak nyaman, misal; ketika beberapa galon air berjajar di lorong depan kamar. Saya sendiri senantiasa meletakan galon air di dalam kamar, bukan dalam rangka agar air tersebut tidak habis diminta oleh yang lain, akan tetapi, saya khawatir galon air itu akan menganggu aktivitas yang lain.

Tentunya saya memahami, bahwa dengan memindahkan galon air ke lorong, sekurang-kurangnya ada sedikit ruang di kamar pribadi menjadi longgar. Saya pahami, ukuran kamar kita terlalu kecil untuk menampung seluruh perabotan. Hanya saja, persoalannya bukan itu, ketika beberapa perabotan di pindah, maka sejatinya kelonggaran ruang bersama menjadi berkurang. Menurut saya, cara pandang semacam ini terlalu egois. Artinya, orientasi pada diri sendiri (kamar pribadi) lebih besar sehingga mengganggu keteraturan ruang bersama. Saya rasa sikap ini kurang tepat.

Kedua, sudah beberapa bulan saya memasang jadwal piket SA. Di awal-awal, pelaksanaannya cukup menggembirakan. Hanya saja, jadwal itu sekedar berjalan beberapa hari. Selebihnya, kita kembali ke habitat dan tabiat masing-masing; mengenyahkan ruang bersama.

Jujur, pembiaran jadwal piket membuat saya putus asa. Akhirnya, saya ikut-ikutan tidak melaksanakan piket. Saya pikir untuk apa saya rajin, sedangkan yang lain tidak pernah memperdulikan. Sudah banyak kali saya menjadi volunteer yang secara sukarela membersihkan ruang tamu, lorong kamar, kamar mandi dan sebagainya. Dan akhirnya, saya muak sendiri.

Namun, pikiran dangkal semacam itu saya buang jauh-jauh. Sekurang-kurangnya, ketika saya membersihkan lorong, ruang tamu, dan sebagainya, itu semua akan kembali pada bersihnya kamar pribadi. Perhatikan, bersih atau kotornya kamar pribadi kita, sebenarnya akibat dari bersih atau kotornya lorong, ruang tamu dan sebagainya. Karena, sebelum masuk ke kamar pribadi, pasti kita melewati lorong, ruang tamu, dan sebagainya. Kotoran, debu, dan sejenisnya ikut terbawa masuk ke kamar pribadi melalui kaki kita.

Ketiga, terkait dengan kebersihan kamar mandi, seringkali saya merasa tak nyaman melihat air keruh, kecoklatan, atau penuh dengan busa sabun. Tanpa menuduh, yang jelas pasti penghuni SA, mengapa kita comfort dengan kondisi air yang seperti itu. Jelas-jelas, secara rasional air itu tidak sehat, membuat gatal-gatal dan sebagainya. Padahal di kamar mandi, sudah saya tulis beberapa aturan etis, salah satunya; jangan mencelupkan sabun ke bak air ketika mandi.

Namun, jika kawan-kawan merasa sudah mengikuti aturan itu, bisa jadi kasusnya adalah gayung yang berisi sabun tercebur ke bak mandi. Akhirnya, cuilan, busa, dan kerak sabun masuk ke air. Jika kasusnya seperti itu, kapan waktu kita benahi rak sabun yang berada di luar. Kemudian, keluarkan semua gayung sabun dari kamar mandi, termasuk milik saya.

Juga tak kalah lengahnya, seringkali kita melupakan jentik-jentik nyamuk yang sudah tumbuh besar. Saya sering ngeri melihat mereka berenang di bak mandi. Saya bayangkan, bilamana aides aegypty, kita semua bisa menjadi potential subject penyakit demam berdarah. Berbahaya bukan?

III
Terakhir, kawan-kawan SA, maafkan saya ketika surat terbuka ini menyinggung. Tidak ada motif lain, apalagi motif untuk menunjukan diri, selain untuk mengingatkan bahwa kehidupan kita senantiasa beririsan dengan kehidupan orang lain. Seperti uraian panjang di atas, saya sudah menunjukan, bahwa kehidupan kita sekurang-kurangnya beririsan di ruang bersama. Sepantasnya ada nilai-nilai etis yang sifatnya umum kita junjung tinggi di ruang itu. Saya tidak pernah menuntut macam-macam, sekedar bersih dan rapih.

Sebagai pengkaji etika, khususnya etika publik, seringkali saya temukan contoh-contoh riil yang terjadi di lingkungan kita. Dan benar, saya pun sadar, bahwa untuk menjadi seorang etikawan atau apapun istilahnya, kita tidak perlu menunggu sampai menjadi seorang tokoh besar, atau tokoh berjasa. Justru, menurut saya, semuanya bisa kita mulai dari hal-hal yang kecil dan konkret yang terjadi di sekitar kita.

Dulu, pernah seorang Pecinta Alam—konfirmasi, bukan Vian atau Hanang—pernah tinggal di SA. Namun, saya melihat dia sama sekali kurang melakukan tindakan-tindakan konkret terkait dengan lingkungan hidup. Jarang saya melihat ia membersihkan SA, sampah dan lain sebagainya. Akhirnya saya menilai, ke-PA-annya hanya sebatas hobi atau kesenangan. Menurut saya, ke-PA-annya tidak sampai pada pandangan hidup (world view), sekedar olahraga atau ketangkasan yang memacu adrenalin.

Terakhir, saya perlu mengeksplorasi masalah ini panjang-lebar, agar saya tidak berlaku doktriner. Dari awal saya memandang kalian sebagai orang dewasa yang sudah cakap, baik secara mental, keyakinan, pun rasionalitas. Sehingga saya ingin mengajak kawan-kawan untuk bersama melakukan refleksi terhadap aktivitas kita yang berhubungan dengan orang lain.

Kesekiankalinya, saya mohon maaf. Jika surat terbuka ini perlu kita dialogkan, saya menyanggupi. Dan kapan waktunya, kita bisa berdialog bersama. Demikian uneg-uneg saya. Nuwun. []
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :