Cyber Chat


Oleh: Firdaus Putra A.

Dua minggu terakhir saya sangat akrab dengan aktivitas chat di ruang maya. Biasanya saya gunakan Yahoo Messenger untuk bergaul dengan teman-teman lintas kota-lintas negara. Saya pilih aktivitas ini untuk menyelingi aktivitas surfing-browsing, up-loading, downloading, posting, lay-outing, editing, entah Facebook, blog, Friendster, e-mail, dan seterusnya.

Selingan ini saya rasa cukup bermanfaat. Ya, sekurang-kurangnya saya tidak terhisap oleh logika mekanis laptop yang diam tak berasa-tak berekspresi. Dengan chat di ruang tertentu, saya tetap bisa aktif dengan senda gurau, saling sapa, tukar informasi, tukar pengalaman, tukar Facebook-Friendster, dan sebagainya. Meski tubuh saya dalam keadaan diam, saya tetap merasa mobile kemana-mana. Lihatlah saya terbang dari Yogyakarta ke Jakarta, Bali, Batam, Bandung, lalu ke Singapura, Amerika, India, Filipina, Inggris, dan belahan dunia lainnya.

Saat terbang ke negara-negara lain saya siapkan dua sampai tiga kamus digital di layar utama. Bahkan kadang ketika begitu ribet, saya minta mereka untuk menggunakan diksi lain yang lebih umum. Juga tak ketinggalan saya manfaatkan fasilitas www.kamus.com untuk mencari terjemah dalam bahasa Indonesia. Singkatnya, chat di negara lain cukup merangsang saya untuk belajar berbahasa Inggris aktif.

Berbagai kota dan negara saya singgahi. Ada kecenderungan yang relatif sama yang saya temukan entah di kota di kawasan Indonesia atau di luar negeri. Yang paling jelas adalah chatter (saya sebut demikian untuk para peserta cyber chat) laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Meski tak pernah saya hitung, bisa jadi 90% laki-laki dan hanya 10% saja perempuan. Kecenderungan ini tidak hanya terjadi di Yahoo Messenger, namun juga di mIRC dan juga Camfrog.

Kecenderungan yang lain, bahwa jenis kelamin merupakan identitas yang paling menentukan daripada umur (age - a) atau kota/ negara (location - l). Jadi saat ditanya “asl please” variabel “s” (sex) lah yang paling penting. Di Yahoo Messenger nick name saya adalah “el-ferda85”. Nick ini saya ambil dari kata “Firdaus” dan tahun kelahiran “85” yang menunjukan usia (age). Ternyata banyak orang yang salah kira dengan nick tersebut. Banyak chatter laki-laki yang kabur setelah saya jawab, “m here”, “same”, “male too” dan sebagainya. Artinya, baik di area Indonesia atau luar negeri, banyak laki-laki yang mencari perempuan dan mungkin sebaliknya (karena saya belum pernah memerankan sebagai perempuan), banyak perempuan yang lebih menerima chatter laki-laki daripada chatter sejenisnya.

Ada juga fenomena yang menarik, di sana para homoseks serta biseks tidak segan-segan membuka identitas dirinya. Entah itu langsung menggunakan nick name seperti “gaycute”, “lesb_cute”, dan “cow_bisex”, atau nick biasa tanpa embel-embel orientasi seks. Saya sempat mengalami dua sampai tiga kali dimana chatter laki-laki gay mengajak kencan. Bahkan ada yang sampai merayu dengan sejumlah imbalan; uang, ponsel, motor, dan sebagainya. Biasanya secara sopan saya tolak dengan mengatakan, “Sorry, im heterosexual, pure!” atau “Maaf, aku heteroseksual murni”. Mengapa perlu kata “pure” atau “murni” karena bagi kalangan biseks hanya menjawab “heteroseksual” saja belum cukup. Kejadian ini pernah saya alami saat ia merayu dengan mengatakan, “Tak masalah kamu heteroseksual, saya biseks kok!” Nah, agar lebih jelas dan tuntas kemudian waktu saya jawab dengan term yang komplet, “Pure heterosexual”.

Ada juga kejadian menarik lainnya, biasanya masing-masing area misal, “Yogyakarta 3(12)” sudah ada komunitasnya sendiri. Dan biasanya mereka “janjian” pada waktu atau jam tertentu untuk chatting di forum. Mereka terlihat cukup akrab dan hangat dengan berbagai sapaan, candaan atau makian. Bahkan pernah ada seorang di antara mereka yang “ngusilin” seorang chatter baru. Teman yang lain berkata, “Wee ... cah anyar yo ojo go dolanan, mesakke”. Artinya, “Hei ... anak baru ya jangan dimainin, kasihan”. Saat itu ternyata ada seorang chatter perempuan, yang masuk di area itu, yang diusilin dengan kalimat, “Bunga (sebut saja demikian) menawarkan diri untuk making love dengan tarif Rp. 250.000 untuk 2 jam. Dia juga menawarkan bonus selama 1 jam. Serius, silahkan hubungi 085780275xxx”. Kalimat ini dilempar (diekspos) di forum (publik area Yogyakarta 3(12)).

Nah, dengan berbagai hal itu kalau ada yang ingin menyelingi aktivitas surfing-browsing dengan chat, hendaklah hati-hati. Mengingat chat room di dunia maya memang sangat terbuka, namun dalam keterbukaannya itu sampai batas tertentu tetap saja tertutup. Masing-masing satu dan lainnya adalah anonim. Sedang nick name tak lebih dari avatar yang bisa diganti setiap saat. Memang tidak semuanya palsu (bohong), namun juga perlu diingat tidak semuanya asli (jujur). Di antara palsu dan asli itu, justru bisa jadi chat di dunia maya melahirkan seninya tersendiri. Sebutlah seni identifikasi-investigasi layaknya detektif. []

Note: Dimuat juga di http://bahureksa.web.id dan http://we-press.com
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :