Ayam Kampus


Oleh: Firdaus Putra A.

Apa yang bisa dilakukan internet? Yang saya temukan adalah blow-up atau eksploitasi terhadap mereka. Tadi siang (25/03) tak sengaja saya masuk ke sebuah blog. URL blog itu semirip “Jakarta Undercover”. Namun, tentu saja bukan “Jakarta”, melainkan nama sebuah universitas di Purwokerto.

Dalam halaman maya itu ada lima nama berikut ciri-ciri fisik, hobi, dan berbagai hal tentang “si ayam”. Satu nomor saya cek masih aktif. Si empunya menerima, perempuan. Dan si empunya tak menyangkal nama yang saya sapakan kepadanya. Secara refleks ia mengamini. Artinya nomor berikut nama adalah benar adanya.

Temuan nomor dan nama non-fiksi ini tak terlalu merisaukan. Justru, saya bertanya-tanya, siapa gerangan yang dengan sengaja menyantumkan nomor ponsel berikut nama si empunya dalam halaman maya yang tak senonoh itu. Dalam tulisan ini saya memang sedang tidak memedulikan adanya “ayam kampus” di universitas itu.

Ada dua sekenario yang saya susun melihat temuan itu. Pertama, umpamakan bahwa si empunya nomor sama sekali tak mengetahui ihwal halaman maya itu. Sekenario ini mengarah pada dugaan eksploitasi atau sekurang-kurangnya penistaan/ pelecehan terhadap si empunya nomor. Sekali lagi, terlepas dari fakta bahwa yang bersangkutan adalah “ayam kampus” atau bukan. Sekenario ini bisa bekerja berdasar asumsi, atau bahkan kesepakatan sosial, bahwa aktivitas “si ayam” bertentangan dengan nilai, norma, dan seterusnya. Artinya, ada orang atau sekelompok orang yang dengan sengaja sedang menistakan/ melecehkan dengan motif atau berbagai motif tertentu nama-nama yang tersebut di halaman maya itu.

Kedua, bagaimana seandainya bila si pembuat blog itu justru “si ayam”? Ada kemungkinan untuk hal ini. Pasalnya internet membuat segala sesuatunya menjadi begitu transparan, aksesibel, namun juga anonim. Mengamini sekenario ini, kita sedang digiring ke arah bahwa aktivitas “si ayam” sudah dianggap biasa bagi yang bersangkutan. Mungkin karena “pasar” sedang sepi, “si ayam” memilih model marketing gaya baru. Cara konvensional, mulut ke mulut, pelanggan ke pelanggan, calo ke pelanggan, teman ke pelanggan, dan sebagainya, tak lagi sesuai dengan harapan “vendor”. Yang jelas halaman maya ini baru berusia kurang dari satu bulan. Tercatat posting terawal pada tanggal 1 Maret 2009.

Seumpama Anda baca secara seksama, Anda akan temukan teks yang paradoks. Satu sisi si pembuat blog seakan sedang “menawarkan” mereka. Ini terlihat dari berbagai foto, detail fisik, hobi, tarif, tempat mangkal, dan sebagainya yang ditulis layaknya promo produk atau jasa tertentu pada calon pembeli. Tak hanya itu, empat dari lima posting yang ada selalu berakhir dengan kalimat “Selamat Menikmati”.

Di sisi lain, biasanya penawaran produk dikemas dalam bahasa yang menarik, halus, serta sopan, namun dalam lima postingan itu, teks yang digunakan cenderung sinis, sekurang-kurangnya ironi. Bahkan terkadang nada teks itu terkesan mencibir. Ada juga kalimat tanya yang mengajak pengunjung untuk berefleksi, mengapa mereka menjual kehormatannya. Bahkan ada sebuah pernyataan sikap si pembuatnya, bahwa aktivitas mereka tak patut ditiru.

Lantas siapa kemungkinan si pembuatnya? Laki-laki atau perempuan? Identitas si pemosting tertulis sebagai “Wanita ...”. Namun kalau Anda jeli, teks itu justru lebih terkesan maskulin dari pada feminin. Penggunaan kalimat seperti, “entar kalo dah deket sikat aja GPL pasti dapet tubuhnya kok”. Kesan yang muncul dari kalimat itu adalah agresifitas dan blak-blakan ala laki-laki. Juga terlihat ketika si pemosting menulis, “ada mahasiswi yang jual diri terang-terangan di chat dengan nick "ce_bs_diboking"”. Pertanyaannya dari mana ia tahu nickname yang bersangkutan jika bukan dari chat room? Saya mempunyai sekenario, sekurang-kurangnya si pemosting pernah chat dengan yang bersangkutan. Sedangkan sebagian besar chatter menghendaki teman ngobrolnya adalah lawan jenis.

Dan yang sulit disangkal, di atas Shoutmix (Buku Tamu) tertulis “Gaberto”. Ini merupakan istilah Jawa (Banyumas) untuk menunjuk kantung buah zakar, “gaber”. Akhiran “to” bisa bermakna dua macam, pertama hanya sebagai pengalih kesan pelafalan kata asli. Kedua, coba berikanlah tanda spasi dan seru di akhirnya, “gaber to!” sebuah bentuk penegasan “laki-kaki kan!” kepada para pengisi “Buku Tamu”.

Dalam pergumulan saya dengan masyarakat Purwokerto (Banyumas), sedikit saya mendengar perempuan Banyumas menggunakan kata “gaber” dalam candaan atau cacian. Yang paling sering, itupun dalam cacian, adalah “cocote”, “asu”, dan sebagainya. Dan sebaliknya, kata “gaber” justru sering diumbar oleh laki-laki Banyumas dalam cacian, lebih-lebih dalam candaan. Sehingga menulis “gaberto” berangkat dari rasa spontanitas yang tak tersadari.

Untuk memperkuat itu, si pemosting menggunakan identitas “Wanita ...”, pertanyaannya, kalau sebenarnya yang bersangkutan berjenis kelamin perempuan, mengapa harus menegaskan jenis kelamin tersebut. Penegasan ini tentu berangkat dari rasa tak percaya diri. Dimana rasa tak percaya diri ini berasal dari fakta bahwa sebenarnya yang bersangkutan bukan perempuan. Ini tentu saja kondisi psikologis pembohong (manipulator) yang perlu menonjolkan sesuatu di satu sisi dan menutupi di sisi lainnya.

Dengan berbagai sekenario itu saya lebih sepakat melihat halaman maya itu sebagai media eksploitasi lima perempuan yang nama, foto, nomor ponsel, serta email/ fs-nya tersebut sebagai “ayam kampus”. Bisa jadi yang bersangkutan hendak memberi efek jera atau mempermalukan mereka. Pertanyaannya, hak apa yang kita miliki sebagai seorang manusia sehingga kita merasa pantas menistakan, memperolok, melecehkan manusia lain dengan cara sedemikian rupa sehingga seluruh dunia mengetahuinya?

Malam ini saya cek lima nomor yang ada. Hanya satu nomor saja yang masih aktif. Padahal siangnya saya sudah memberitahukan ihwal blog tersebut kepada yang bersangkutan. Saya berharap, semoga yang bersangkutan mengganti atau menonaktifkan nomornya agar ruang privat, aktivitas, dan lain sebagainya tak terganggu dengan masuknya panggilan nomor asing. Bila tidak, mungkin yang bersangkutan menikmati ekspose atau eksploitasi itu. Maybe yes, maybe no! []
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 comments :

Anonim mengatakan...

kalo diliat dan dipahami..
bener juga,,
setau saya yg kuliah di universitas ini..'ayam'punya jaringan secret sendiri yang hanya dimasuki oleh sandi2 tertentu..

tidak mengumbar..