Narasi Kecil


Oleh: Firdaus Putra A.

Apa menariknya menulis dan membaca narasi-narasi kecil, terutama bagi blogger? Pertanyaan ini sering muncul di beberapa diskusi soal blog. Narasi kecil yang saya maksud seperti curahan hari (curhat), catatan perjalanan, dan sebagainya.

Dari sudut pandang pembaca (reader), membaca narasi-narasi kecil di berbagai blog sangat mengasyikkan. Saat suntuk, membaca berbagai narasi kecil yang lucu, konyol, dan menggemaskan membuat saya segar, bisa tersenyum, dan tertawa. Secara psikologis hal ini tentu saja bermanfaat bagi kesehatan jiwa.

Selain itu, dan ini menurut saya sangat substansial, kadang narasi-narasi kecil itu memuat nilai kearifan-kebijaksanaan hidup tersendiri. Dalam konteks itu, saya atau Anda bisa belajar dari yang lain sebagai sesama blogger, netter, browser, dan tentu saja sebagai sesama manusia. Berbagai pengalaman hidup orang lain yang sempat kita rekam, menurut saya membawa makna tersendiri yang bisa kita renungkan ulang.

Menariknya proses belajar ini berlangsung dengan cara yang santai, kondusif, dan menyenangkan. Sehingga kesan teoritis, menggurui, atau ceramah bisa dihindari. Alhasil, kadang suatu permenungan terhadap nilai tertentu berlangsung sedemikian mudah dan cepat. Seakan, hal itu terhujam begitu saja dan kita mengamininya. Saya rasa hal ini lebih dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti di atas.

Sedang bagi penulis (writer), segala uneg-uneg yang ia pikir, renung, atau pendam terkomunikasikan ke khalayak. Ini merupakan proses ekspresi yang membebaskan jiwa. Secara psikologis menurut saya sangat menyehatkan. Proses ini layaknya seorang seniman (pelukis) menorehkan kuasnya di atas kanvas. Paska itu, ia mengalami ketenangan lantaran segala sesuatuanya telah ia keluarkan.

Dalam narasi kecil itu juga, entah sadar atau tidak, seorang penulis bisa berbagi “ilmu hidup” tentang berbagai kearifan-kebijaksanaan dalam menghadapi masalah tertentu. Ini tentu tergantung pada penulisnya. Kadang kita temukan narasi kecil yang melow, cengeng, cacian belaka. Dan ada juga narasi kecil yang wise, arif, reflektif, nyentil, dan menggugah.

Nah sampai titik itu, dimensi lain dari sebuah postingan adalah interaksi antara pembaca dengan penulis. Di sanalah terjadi proses dialektika pandangan, nilai, pendapat, dan sebagainya yang saling memperkaya baik pembaca lebih-lebih penulis. Bahkan, sampai batas tertentu terdapat proses sharring dan juga koreksi di antara keduanya.

Dengan berbagai alasan di atas, saya rasa menulis narasi-narasi kecil sebagai cerapan dari realitas dan pengalaman riil hidup blogger tak ada salahnya. Justru dalam konteks tertentu itu bermanfaat baik bagi penulis pun pembaca. Meski demikian, mengingat menulis narasi kecil di blog ibarat menorehkan pena di atas buku harian, alangkah baiknya blogger tetap selektif. Ada beberapa hal yang pantas (decency) diekspos dan ada juga beberapa yang memiliki derajat privasitas yang tinggi. Di sinilah blogger dituntut bijaksana di antara kebebasan dan tanggungjawab. []

Note: juga dimuat di http://bahureksa.web.id
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

3 comments :

kakara mengatakan...

Nice post ..setuju kang..
terus berbagi ya :)

Ajeng mengatakan...

Siip...Terus menulis, happy blogging :)

Anonim mengatakan...

bener-bener...
narasi-narasi singkat bnyk ngasi pelajaran, terutama dalam hal 'mau membaca'..
lam nal yah mas...