Ilusi Negara Islam

Sebuah Resensi
Oleh: Firdaus Putra A.

Judul lengkap buku itu adalah “Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia”. Buku ini merupakan hasil riset se-Indonesia pada 24 kota/ daerah di 17 propinsi di Indonesia. Secara umum buku ini mengupas persoalan infiltrasi, perkembangan dan sepak terjang Islam transnasional di Indonesia, seperti PKS, HTI dan seterusnya. Buku ini bisa didownload secara cuma-cuma pada www.bhinnekatunggalika.org.

Apa yang menarik dari buku ini bahwa seluruhnya berangkat dari observasi lapangan dan wawancara yang mendalam. Sehingga kita sebagai pembaca bisa menemukan kasus-kasus yang dideskripsikan sangat detail. Seperti pada hal. 29, kasus pengambilalihan masjid Nu yang dilakukan kelompok PKS dan HTI. “Awalnya, sekelompok anak muda datang membersihkan masjid secara sukarela, demikian berulang-ulang. Tertarik dengan kesungguhan mereka, takmir memberinya kesempatan beradzan, lalu melibatkannya sebagai anggota takmir masjid. Setelah posisinya semakin kuat, mereka mulai mengundang teman-temannya bergabung dalam struktur takmir. Akhirnya mereka menentukan siapa yang menjadi imam, khatib dan mengisi pengajian dan yang boleh dan tidak. Secara perlahan namun pasti, masjid jatuh ke tangan kelompok garis keras”.

Nampaknya dengan bekal riset lapangan yang memadai, membuat editor buku KH. Abdurrahman Wahid tidak ragu-ragu untuk menyematkan label “Islam garis keras” kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hizbuttahrir Indonesia (HTI) dan semacamnya. Alhasil, buku yang terbit bulan Mei ini menyulut kemarahan PKS dan HTI.

Buku ini dibagi menjadi lima bab, secara rinci. Seperti Bab I membahas “Studi Gerakan Islam Transnasional dan Kaki Tangannya di Indonesia”, Bab II menyoal “Infiltrasi Ideologi Wahabi-Ikhwanul Muslimin di Indonesia”. Sedang Bab III dan IV secara berturut-turut menjelaskan masalah “Ideologi dan Agenda Gerakan Garis Keras di Indonesia” dan “Infiltrasi Agen-agen Garis Keras terhadap Islam Indonesia”. Bab V merupakan kesimpulan serta rekomendasi strategis yang musti dilakukan oleh elemen bangsa untuk melestarikan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan menegakan warisan luhur tradisi, budaya dan spiritualitas bangsa Indonesia. Ada 12 rekomendasi strategis yang ditawarkan oleh tim penyusun buku ini yang, misal “Menghentikan dan memutus—dengan cara-cara damai dan bertanggungjawab—mata rantai penyebaran paham dan ideologi garis keras melalui pendidikan (dalam arti seluas-luasnya) yang mencerahkan, serta mengajarkan dan mengamalkan pesan-pesan luhur agar Islam yang mampu menumbuhkan kesadaran sebagai hamba Tuhan yang rendah hati, toleran dan damai”.

Buku ini juga dilengkapi dengan dua berkas tentang penolakan dan sikap waspada Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam halaman lampiran. Pertama “Surat Keputusan Pimpinan Pusat (SKPP) Muhammadiyah No. 149/KEP/I.O/B/2006, untuk membersihkan Muhammadiyah dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS)” dan kedua “Dokumen Penolakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terhadap Ideologi dan Gerakan Ekstremis Transnasional”.

Sebagai warga Nahdliyyin menurut saya buku ini sangat menarik dalam konteks sikap terbuka dan keterusterangan organisasi pada apa-apa yang selama ini terpendam dan terdiamkan begitu saja. Buku ini menurut saya merupakan ujung dari sebuah kegeraman yang tak tertahankan. Buktinya, Gus Mus saja mau turun gunung ikut membidani lahirnya buku ini. Selamat mendownload dan membaca! []
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :