Kearifan Tanaman Liar

Oleh: Firdaus Putra A.

You know, I love green movement because it make our life’s sustainable. Can you imagine that our sphere haven’t trees to reduce carbon? Pasti udara akan semakin panas dan kotor. Nah saya kira tindakan sekecil apapun dalam rangka mengurangi atau menetralisir karbon yang kita keluarkan: saat merokok, bernafas, repirasi kulit dan sebagainya, akan sangat membantu.

Anda tahu tanaman Suplir (Adiantum Sp.) dengan daunnya yang tipis-kecil atau Sotong-sotongan (Jawa) yang hijau menjalar? Tanaman seperti itu tumbuh liar di belakang kamar saya ditemani rumput liar lainnya. Sekitar dua meter depan kamar ada juga tanaman liar yang tak terdefinisikan. Nah, dulu saya sering membabat habis mereka atas nama kerapihan lingkungan. Namun sekarang saya punya pandangan lain. Alih-alih saya “membunuh” mereka, sekarang saya justru membiarkan mereka hidup bebas.

Mengapa? Sebenarnya sederhana, saya belum mampu menanam pohon sendiri guna menyerap karbon yang saya dan teman-teman kos keluarkan. Bukan karena malas sehingga mereka saya biarkan. Tetapi benar-benar saya sadari bahwa mereka, sekecil apapun telah menyerap karbon sisa metabolisme tubuh penghuni kos.

Dulu saya sempat mempunyai tanaman “Pengusir Nyamuk” yang harumnya bak rempah nan sedap. Lavender, bukan? Daunnya kecil-kecil seukuran tusuk gigi. Sedikit tebal dan mempunyai lapisan lilin. “Pengusir Nyamuk” itu saya beli dari Baturaden beserta pot polimernya. Sayangnya, tanaman itu hanya bertahan satu bulan. Ia mati dengan daun yang rontok meski sudah saya siram.

Nah berbeda dengan “Pengusir Nyamuk” itu, tanaman-tanaman liar saya tidak manja. Dibantu alam dengan hujan, mereka saya biarkan saja tumbuh merimbas. Memang kadang kurang sedap dipandang mata. Namun kebersihan udara saya kira lebih pantas dibela daripada soal kerapihan lingkungan.

Sebenarnya beberapa bulan lalu bersama teman-teman saya ingin membuat proyek sosial dalam rangka menangani limbah kantong plastik. Proyek itu terhenti karena setelah sekian kali percobaan, residu olahan kantong plastik nampaknya justru berbahaya dengan kadar polutan yang tinggi. Untuk masalah ini Anda bisa baca selengkapnya di [klik di sini].

Setelah “gagal” saya mempunyai plan B yakni dengan cara mengumpulkan sampah kantong plastik termasuk juga botol-botol plastik dll., dan kemudian kami jual ke lapak atau tengkulak. Lantas uang yang kami peroleh akan digunakan untuk membeli tanaman. Rencana ini sampai sekarang juga belum berjalan. Meskipun sampah kantong plastik sudah menggunung di salah satu kamar kos yang tak terpakai. Sepengetahuan saya tidak ada atau jarang tengkulak mau menerima sampah kantong plastik. Biasanya mereka hanya menerima kertas, botol bekas, besi dan lain sebagainya.

Secara pribadi saya belum sepenuhnya menyerah untuk melaksanakan proyek sosial itu. Sembari melakukan aktivitas lain, saya terus berharap memperoleh informasi pengolahan sampah kantong plastik yang ramah lingkungan dan bisa dikerjakan secara mandiri (home industry).

Semalam saya kunjungi blog Dewi Lestari. Awalnya saya hanya ingin melihat “Rectoverso” yang direkomendasikan oleh Dian Anggita pengunjung asal Jakarta. Di halaman Link dan Info situs “Rectoverso” ada pandangan Dee mengenai rumah beserta lingkungan sekitarnya. Salah satu idenya adalah “Satu orang satu pohon”. Saya kira ide atau gerakan seperti itu pantas didukung. Meski kecil namun aplikatif, bukan? Tidak berpikir muluk-muluk soal mengurangi limbah pabrik, mercuri dan sebagainya. Namun kita sebagai warga negara atau warga dunia pun bisa berbuat dalam rangka menghijaukan rumah beserta lingkungan tanpa harus menunggu pemerintah atau ornop-ornop turun tangan. Tentu saja ini tidak sama dengan melalaikan “yang muluk-muluk” itu untuk juga kita advokasi, kontrol dan dampingi.

Senada dengan Dee, kalau Anda sempat silahkan kunjungi situs milik Ayu Utami. Ayu menceritakan desain rumahnya yang sengaja dibuat seterbuka mungkin agar udara-angin bebas keluar masuk. Dampaknya, ia bisa mengontrol-mengurangi pemakain AC. Di sekeliling rumah juga ia tanam beberapa tumbuhan sebagai penyaring udara alami.

Baik Dee pun Ayu saya kira berangkat dari keyakinan bahwa sekecil apapun usaha kita, yakinlah ia akan bermanfaat. Inilah model gerakan yang bisa dilakukan pada level akar rumput yang berpangkal dari bangunan kesadaran diri (state of mind). Pada level struktur, kebijakan reboisasi harus dijalankan dan sejurus dengan itu HPH perlu ditinjau ulang penggunaannya. Pada level lokal, pembangunan-pembangunan harus didasari dengan masterplan yang sensitif lingkungan. Area perumahan, mall, perkantoran, usaha, industri dan seterusnya musti diatur dan ditata sedemikian rupa sehingga alam mampu menopang kehidupan manusia secara berkelanjutan.

Sembari mengusakan atau menunggu realisasi kebijakan-kebijakan semacam itu, kita hijaukan rumah beserta lingkungan kita. Dengan pohon, tanaman hias atau kalau memang sulit biarkan saja tanaman liar agar ia tumbuh ijo royo-royo. Tentu saja, sampai batas tertentu. Bagaimana dengan Anda? []

PS: Gerakan berbasis kesadaran individu seperti ini nyaris sulit dilakukan. Ada kisah yang bisa melukiskan kekonyolan itu. Begini ceritanya, suatu tempo seorang Raja memerintahkan kepada seluruh penduduknya membawa satu sendok makan madu murni yang dikumpulkan di tengah alun-alun kerajaan.

Setelah semuanya selesai memasukan isi sendok, disuruhlah pengawal kerajaan memeriksa kuali besar itu. Ia kaget dan heran, bukannya madu murni yang orange kemilauan namun air bening yang memenuhi kuali itu. Ia lapor menghadap Raja. Raja pun dengan bijaksana mengatakan di hadapan seluruh penduduknya, “Aku sudah memperkirakan peristiwa seperti ini akan terjadi. Karena aku yakin masing-masing di antara kalian menganggap bahwa hanya dirinyalah yang membawa satu sendok air. Sayangnya, semuanya berpikir hal yang sama. Maka pada hari ini tiada satupun atau sedikit orang yang membawa sesendok madu murni”.

Seluruh penduduk terdiam, takut dan yang pasti merasa malu atas pikiran piciknya.
Share on Google Plus

About el-ferda

Saya mulai blogging sejak November 2007. Dulu awalnya iseng sekedar mengarsip tulisan atau foto. Lama kelamaan saya mulai suka menulis. Selain blogging, saya juga suka membaca, nonton film dan diskusi ini itu. Sekarang di tengah-tengah kesibukan bekerja dan lain sebagainya, saya sempatkan sekali dua kali posting tulisan. Tentang saya selengkapnya di sini
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments :