Oleh: Firdaus Putra A.
Siang tadi aku masak sayur bayam. Kalau orang Jawa biasanya bilang sayur bening. Mungkin Anda bertanya-tanya, iseng banget masak sayur bayam? Beli saja lebih pratis. Atau Anda menduga kalau saya kebanyakan nonton film Popeye. Begini ceritanya, kemarin siang saat perut lapar dan mau makan di warung sebelah ada ibu penjual sayur keliling. Mungkin karena sedang lapar, rasanya ingin sekali makan sayur-sayuran. Aku lihat dan tanya berapa harganya satu set bayam untuk disayur. Si ibu tertawa dengar pertanyaanku, “satu set”. Yang kumaksud itu bayam lengkap dengan bumbu-bumbunya untuk sekali masak. Harganya murah, Rp. 2000 sudah termasuk seikat bayam yang banyak sekali, satu wortel, bawang merah, bawang putih, daun bawang, kencur dan daun seladri.
Nah sampai kos ternyata ada yang kelupaan, air PAM diblokir dari hari kemarin karena tiga bulan belum bayar. Maklum anak kos. Hehehe. Jadinya si bayam tidak kumasak langsung.
Hari ini nampaknya waktu mendukung. Tidak ada agenda yang harus membuatku keluar kos. Acara masak sayur pun kumulai. Kupotong-potong si bayam. Kucuci semua termasuk semua rempah-rempahnya setelah kukuliti. Semuanya siap dan tinggal di masak. Kucari rice cooker milik temanku. Kurang beruntung, katanya rice cooker sedang dipinjam. Aku jadi ingat dengan kompor gas tiga kiloan di sudut gudang. Kubeli sekitar dua bulan yang lalu. Bukan untuk masak, tapi percobaan mengolah sampah kantong plastik yang gagal itu.
Akhirnya kupakai panci dan kompor itu. Eh, masih saja tidak beruntung. Api tidak keluar dari pembakaran justru keluar pemantik dan pengatur nyalanya. Langsung kumatikan, takut meledak seperti yang di teve-teve itu. Kucoba sekali lagi. Masih sama. Kulihat dari bagian bawah kompor, kupantik, eee apinya keluar dari bawah. Serem. Tak jadilah kupakai dia. Sebenarnya kecewa, bukan karena sulit masak sayur bayam. Tapi kompor yang baru kubeli dua bulan masa’ sudah rusak. Padahal di kompornya tertempel stiker “SNI” artinya Standar Nasional Indonesia. Aku jadi percaya kalau banyak kasus kompor program konversi minyak tanah sering meledak saat dipakai. Payah sekali produsennya, membuat kompor tidak dengan standar keamanan yang mencukupi.
Hari mulai siang dan perut mulai lapar. Akhirnya jalan terakhir kutempuh, numpang masak di tetangga. Kebetulan sekali si pemilik rumah kemarin malam mempersilahkan kalau mau numpang masak. Nah seperti orang tak punya dapur kutenteng panci berisi lengkap ramuan sayur bayam. Dengan innocent kusapa, “Mbak numpang masak sayur ya. Rice cookernya dipinjam orang se”. Dia persilahkan aku langsung ke dapur. Namun aku bingung, cara masaknya bagaimana? Aku tanya dan dia terangkan apa yang perlu dikurangi, seperti kencur, bawang putih, merah dan apa yang perlu ditambah, seperti daun salam dan bawang goreng. Oke, aku paham. Mulailah bawang merah, putih, kencur dan garam secukupnya kulembutkan. Terus, kurebus air dan kutinggalkan sejenak minum es kelapa muda di rumah yang sama.
Hanya lima belas menit matanglah si bayam. Kutenteng lagi sepanci sayur ke kos dengan wajah kumal belum mandi, innocent dan percaya diri tinggi. Wah, pokoknya ada-ada saja ulahku. Kupikir tak mengapalah, toh ada faedahnya. Pertama, meski sekedar iseng aku jadi tahu bagaimana biasanya ibu-ibu memasak. Kedua, ke depan aku bisa bertukar peran dengan istri untuk memasak di dapur. Bukankah klaim laki-laki tak pantas memasak hanyalah sekedar gender stereotipe? Jadi kalau kutukarbalik tidak masalah, bukan? Ketiga, aku semakin akrab dengan tetanggaku. Dan ini merupakan modal sosial yang sulit untuk dimaterialkan. Keempat, sepanci sayur bayam bisa dinikmati sepuasnya bersama teman-teman kos. Dan jangan lupa, hanya dengan Rp. 2000 saja! Hehehe.
Kupesan nasi-tempe-tahu satu porsi di Ekstra Pedas (EP). Kuceritakan ke Nana, pelayan EP, “Na aku baru masak sayur bayam lho. Mau nyobain nggak?” Terus katanya, “Walah masa’ mas Daus bisa masak. Gak percaya lah”. Kubayar pesananku dan sebelum pulang kuledek dia.
Rasanya tak sabar merasakan hasil olahanku sendiri. Kalau aku seniman, sayur bayam inilah lukisanku. Dan bersyukurlah aku bisa menikmati dengan rasa yang utuh. Bandingkan coba, kemarin Wahyu cerita kalau karyawan tempatnya bekerja tak boleh makan (memungut) produk roti atau ayam tepung yang gagal. Seringkali para karyawan itu curi kesempatan sekedar memakan produk gagal itu. Justru si pemilik waralaba memberikan produk gagal itu ke anjing piaraannya. Ironis, bukan? Nah, kalau karyawan ingin merasakan dengan utuh, maka dia harus bayar penuh, tanpa potongan harga sedikitpun. Kalau kata Marx, ini yang namanya proses alienasi dimana buruh yang memproduksi tak mampu mengakses, menggunakan dan/atau menikmati produk tangannya sendiri. Lalu bagaimana rasanya si sayur? Wah, benar-benar enak. Hehehe. (Masak memuji diri sendiri ya!)
Teman-teman kos lain juga turut merasakan sayur bayamku. Wah… rasanya bahagia sekali bisa berbagi hasil karya, meski seremeh sayur bayam ini. Mungkin perasaan seperti ini pula yang Pak Narsudi—tukang kayu tetangga kos—saat memberikan martabak telor, manis dan pisang molen ke kosku. Sudah tiga sampai empat kali dia memberikan sisa jualan anaknya ke kosku. Sebagai anak kos yang jarang jajan—dramatis sekali ya—tentu senang sekali dapat cemilan gratis. Dan biasanya jumlahnya banyak, satu piring penuh atau satu kantong plastik. Sekali lagi inilah faedah bersosialisasi dan membangun hubungan baik dengan tetangga. Kalau dalam Islam, ini yang disebut dengan the power of silaturrahmi. Kalau tak salah, dengan silaturrahmi Tuhan akan membukakan pintu rizki dari arah yang tak kita sangka-sangka sebelumnya. Dan benarlah, aku sudah membuktikannya!
Aku senang, anak kos senang. Ditambah sore tadi air PAM sudah kembali mengalir. Namun ada sedikit masalah, listrik kos harus dipadamkan karena menunggak Rp. 136.000. Hufh… dasar anak kos! []
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
2 comments :
Ternyata bisa masak juga bro, pengen nyobain masakannya hehe,,,suedap betul
Wah mulai cara hidup sehat dan hemat nih ceritanya? Bener banget Bro... masak sendiri lebih higienis loh.
Terusin makan sayurnya, STOP mie instanya he..he..
Posting Komentar