Oleh: Firdaus Putra
Kata di atas hasil “perkawinan silang” yang sering kita pakai dalam canda. Gen asalnya, “kere” dan “aktif”. Kere dalam bahasa Jawa artinya “miskin”. Aktif menunjuk suatu kondisi “berusaha”.
Kondisi miskin setara dengan kondisi terbatas. Terbatas itu laksana terperangkap di sebuah kotak, di sebuah keadaan. Ia dibatasi sekat-sekat tertentu.
Pola pikir kere-aktif setara dengan berpikir “out of the box”. Ia aktif keluar dari ke-kere-an. Artinya aktif keluar dari kondisi-kondisi yang membatasi.
Sering orang bilang berawal dari ke-kere-an atau kondisi terbatas, kita menjadi kreatif. Tak ada rotan, akar pun jadi, kata pepatah. Karena keterbatasan, kita dituntut mendayagunakan apa-apa yang ada. Tentu saja, proses ini menyiratkan agar kita lebih fokus pada potensi daripada masalah.
Potensi merupakan segala ihwal yang kita punya. Sedang masalah adalah jarak antara harapan dengan kenyataan. Orang kreatif fokus pada bagaimana mendayagunakan segala ihwal untuk mewujudkan harapannya.
Potensi yang jelas ada adalah pikiran. Dalam pikiran terkandung pola-pikir. John Naisbit, seorang futurolog, mengingatkan, perubahan pola pikir (mind set) akan melahirkan perubahan besar.
Perubahan pola pikir seperti merubah pondasi suatu bangunan. Bila pondasi melengkung, maka dinding dan lain sebagainya akan mengikuti. Dan di sinilah orang-orang kreatif unggul.
Kreativitas bukan sesuatu yang terberi. Kreativitas dapat dilatih. Misalnya, biasakan mencari dan menyiapkan alternatif dalam pemecahan masalah. Sederhananya, jika hari ini hujan, ada payung, rain coat, daun pisang dan seterusnya. Tinggal kita pilih yang mana. []
Dimuat dalam Buletin Bulanan Kopkun Corner Edisi 1, Mei 2011, kolom End Note.
-
Blogger Comment
-
Facebook Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 comments :
Posting Komentar