Oleh: Firdaus Putra, HC.
Sekarang anak-anak muda mulai
memilih koperasi sebagai modus sosio-ekonominya. Ada Literasi.co itu Koperasi
Media di Jogjakarta yang digawangi teman-teman eksponen Persma Balairung UGM.
Ada Purusha.id itu Koperasi Riset yang banyak diisi teman-teman Jakarta. Lalu ada IC Coop di Purwokerto, koperasi pekerja yang memproduksi
barang kreatif.
Yang menarik adalah bahwa ada
geneologi baru pemuda koperasi non-koperasi mahasiswa (Kopma). Ini adalah
gejala bagus bagi gerakan koperasi tanah air. Akan muncul benchmarking pemuda
koperasi dari garis genetik Kopma dan Non-Kopma.
Dua koperasi yang saya sebut
usianya masih muda. Namun sebagai breaktrough mereka membawa mimpi dan harapan.
Boleh jadi pemuda koperasi gen Kopma perlu belajar banyak dari pendatang baru
itu.
Dan boleh jadi di sisi lain
ini mengisyaratkan bahwa pemuda koperasi gen Kopma mengalami inersia
(kelembaman) akibat struktur sejarah, sosial dan birokrasi. Mereka menjadi
cenderung status quo dan tak lagi menawarkan cita-cita dan metode baru.
Gejala kelembaman pemuda
koperasi gen Kopma terlihat pada modus dan pola destinasinya. Berawal dari
Kopma kemudian meniti karir di Koperasi Pemuda Indonesia dan berakhir di Dewan
Koperasi Indonesia. Bisa juga bercabang ke Komite Nasional Pemuda Indonesia atawa
KNPI. Destinasi utamanya adalah partai politik tertentu.
Modus umum gen itu muncul pada
relasi patron-clien antara senior-juniornya. Dengan jejaringnya, mereka dapat
mengakses proyek-proyek di pemerintahan (Kementerian/ LN) lewat jaringan
senior. Sehingga ada istilah di antara mereka: PNS yang maknanya “Pengusaha
Negeri Sipil”.
Gen-gen itu sebenarnya bisa
diberi konteks sosial-politik yang mencukupi: pra-reformasi dan pasca reformasi.
Kopma tentu berasal dari zaman pra-reformasi. Sedang yang terakhir dari zaman
kekinian sehingga cara dan cita-cita pun lebih segar seperti muda-mudi
pegiatnya.
Bila pinjam istilah Rhenald
Kasali, kita masuk dalam cracking era. Tandanya, mulai banyak ekspresi-ekspresi
lain yang keluar dari pakem arus utama. Pemuda koperasi gen Kopma adalah arus
utama. Yang datang belakangan adalah para cracker yang menemukan dan memahami
koperasi secara genuine dengan cara baru.
Analog di ruang lain, fenomena
itu mirip seperti Calon Independen yang keluar dari mainstream Parpol dalam
Pilkada. Ada kelembaman dalam bangunan demokrasi yang Parpol-minded namun
korup. Cracking harus dibuat dan muncullah relawan-relawan yang mengusung calon
independen.
Simtom-simtom itu semua
memperlihatkan bahwa semangat zaman (zetgeist) sudah berubah. Pemuda koperasi
gen Kopma mau tak mau harus menggeser paradigmanya. Perlu beberapa saat
membangun jarak (distansiasi) agar kita bisa melihat dengan jelas. Ibarat pena
5 senti di depan mata terlihat kabur-buram, namun saat dijarakkan 30 senti akan
terlihat lebih terang.
Pemuda-pemuda koperasi dari
dua gen itu akan saling mem-benchmark diri dari beragam karya di lapangan.
Mempertemukan kedua genetik itu untuk saling berjejaring adalah agenda menarik
yang bisa memacu adrenalin bagi keduanya. Saling belajar dibutuhkan antara
kedua gen. []
0 comments :
Posting Komentar